LAJU REAKSI
Laju reaksi rerata analog dengan kecepatan rerata mobil. Jika posisi rerata mobil dicatat pada dua waktu yang berbeda, maka :

Dengan cara yang sama, laju reaksi rerata diperoleh dengan membagi 
perubahan konsentrasi reaktan atau produk dengan interval waktu 
terjadinya reaksi :

Jika konsentrasi diukur dalam mol L
-1 dan waktu dalam detik, maka laju reaksi mempunyai satuan mol L
-1s
-1. Kita ambil contoh khusus. Dalam reaksi fasa gas

NO
2 dan CO dikonsumsi pada saat pembentukan NO dan CO
2.
 Jika sebuah kuar dapat mengukur konsentrasi NO, laju reaksi rerata 
dapat diperkirakan dari nisbah perubahan konsentrasi NO,  ∆[NO] terhadap
 interval waktu, ∆t:

Jadi laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi reaktan atau 
produk dalam satu satuan waktu.  Perubahan laju konsentrasi setiap unsur
 dibagi dengan koefisiennya dalam persamaan yang seimbang/stoikiometri. 
Laju perubahan reaktan muncul dengan tanda negatif dan laju perubahan 
produk dengan tanda positif.
Untuk reaksi yang umum:
aA + bB → cC + dD
Lajunya ialah

Hubungan ini benar selama tidak ada unsur antara atau jika konsentrasinya bergantung pada waktu di sepanjang waktu reaksi.
Menentukan Laju Reaksi : 
Perhatikan penguraian nitrogen dioksida, NO
2 menjadi nitrogen oksida, NO dan oksigen, O
2 :  2NO
2 → 2NO + O
2
a.  Tulislah pernyataan untuk laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO
2 dan laju rata-rata bertambahnya konsentrasi NO dan O
2.
b.  Jika laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO
2 ditetapkan dan dijumpai sebesar 4×10
-13mol L
-1s
-1, berapakah laju rata-rata padanannya (dari) bertambahnya konsentrasi NO dan O
2
Jawaban :
a.  Laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO
2 dinyatakan sebagai :

Laju rata-rata bertambahnya konsentrasi NO dan O
2 dinyatakan sebagai:

b.  Untuk tiap dua molekul NO
2 yang bereaksi terbentuk dua molekul NO. Jadi berkurangnya konsentrasi NO
2 dan bertambahnya konsentrasi NO berlangsung dengan laju yang sama
 Hukum Laju
Hukum Laju 
Dalam membahas reaksi kesetimbangan kimia telah ditekankan bahwa 
reaksi ke kanan maupun ke kiri dapat terjadi begitu produk terbentuk, 
produk ini dapat bereaksi kembali menghasilkan reaktan semula.
Laju bersih ialah:
Laju bersih = laju ke kanan – laju ke kiri 
Dapat dikatakan, pengukuran konsentrasi memberikan laju bersih, 
bukannya sekedar laju ke kanan. Bagaimanapun, sesaat sebelum reaksi yang
 dimulai dari reaktan murni, konsentrasi reaktan jauh lebih tinggi 
dibandingkan produknya sehingga laju ke kiri dapat diabaikan. Selain 
itu, banyak reaksi berlangsung sempurna (K>>1) sehingga laju yang 
terukur hanyalah reaksi ke kanan atau eksperimen dapat diatur agar 
produknya dapat dialihkan jika terbentuk. Dalam subbab ini, persamaan 
diberikan pada laju ke kanan saja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
 
- Kecepatan Reaksi dipengaruhi oleh ukuran partikel/zat.
 Semakin luas permukaan maka semakin banyak tempat bersentuhan untuk 
berlangsungnya reaksi. Luas permukaan zat dapat dicapai dengan cara 
memperkecil ukuran zat tersebut
- Kecepatan Reaksi dipengaruhi oleh suhu.
 Semakin tinggi suhu reaksi, kecepatan reaksi juga akan makin meningkat sesuai dengan teori Arhenius.
- Kecepatan Reaksi dipengaruhi oleh katalis.
 Adanya katalisator dalam reaksi dapat mempercepat jalannya suatu reaksi.
 Kereakifan dari katalis bergantung dari jenis dan konsentrasi yang 
digunakan.
Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi, namun ia
 sendiri, secara kimiawi, tidak berubah pada akhir reaksi. Ketika reaksi
 selesai, maka akan didapatkan kembali massa katalasis yang sama seperti
 pada awal ditambahkan.
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, yaitu reaksi 
heterogen dan reaksi homogen. Didalam reaksi heterogen, katalis berada 
dalam fase yang berbeda dengan reaktan. Sedangkan pada dalam reaksi 
homogen, katalis berada dalam fase yang sama dengan reaktan.
Jika kita melihat suatu campuran dan dapat melihat suatu batas antara
 dua komponen, dua komponen itu berada dalam fase yang berbeda. Campuran
 antara padat dan cair terdiri dari dua fase. Campuran antara beberapa 
senyawa kimia dalam satu larutan terdiri hanya dari satu fase, karena 
kita tidak dapat melihat batas antara senyawa-senyawa kimia tersebut.

Fase berbeda denga istilah keadaan fisik (padat, cair dan gas). Fase 
dapat juga meliputi padat, cair dan gas, akan tetapi lebih sedikit luas.
 Fase juga dapat diterapkan dalam dua zat cair dimana keduanya tidak 
saling melarutkan (contoh, minyak dan air).
 
Energi Aktivasi
Tumbukan-tumbukan akan menghasilkan reaksi jika partikel-partikel 
bertumbukan dengan energi yang cukup untuk memulai suatu reaksi. Energi 
minimum yang diperlukan disebut dengan reaksi aktivasi energi. Kita 
dapat menggambarkan keadaan dari energi aktivasi pada distribusi 
Maxwell-Boltzmann seperti ini:
 Orde Reaksi
Orde Reaksi
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam
 persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh 
konsentrasi reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi.
Penentuan orde reaksi 
tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan.
Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :
v = k (A) (B) 
2
persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A
 dan merupakan reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi 
tersebut adalah reaksi orde 3.
Contoh soal:
Dari reaksi 2NO(g) + Br
2(g) →   2NOBr(g)
dibuat percobaan dan diperoleh data sebagai berikut:
| No. | (NO) mol/l | (Br2) mol/l | Kecepatan Reaksi mol / 1 / detik
 | 
| 1. | 0.1 | 0.1 | 12 | 
| 2. | 0.1 | 0.2 | 24 | 
| 3. | 0.1 | 0.3 | 36 | 
| 4. | 0.2 | 0.1 | 48 | 
| 5. | 0.3 | 0.1 | 108 | 
Pertanyaan:
a. Tentukan orde reaksinya !
b. Tentukan harga k (tetapan laju reaksi) !
Jawab:
a.Pertama-tama kita misalkan rumus kecepatan reaksinya adalah V = k(NO)
x(Br
2)
y : jadi kita harus mencari nilai x den y.
Untuk menentukan nilai x maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap Br2 tidak berubah, yaitu data (1) dan (4).
Dari data ini terlihat konsentrasi NO naik 2 kali sedangkan kecepatan reaksinya naik 4 kali maka :
2
x = 4 →   x = 2 (reaksi orde 2 terhadap NO)
Untuk menentukan nilai y maka kita ambil data dimana konsentrasi 
terhadap NO tidak berubah yaitu data (1) dan (2). Dari data ini terlihat
 konsentrasi Br
2 naik 2 kali, sedangkan kecepatan reaksinya naik 2 kali, maka :
2
y = 2 →   y = 1 (reaksi orde 1 terhadap Br
2)
Jadi rumus kecepatan reaksinya : V = k(NO)
2(Br
2) (reaksi orde 3)
b.Untuk menentukan nilai k cukup kita ambil salah satu data percobaan saja misalnya data (1), maka:
V = k(NO)
2(Br
2)
12 = k(0.1)
2(0.1)
k = 12 x 10
3 mol
-21
2det
-1
Jika laju suatu reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi.
Laju = k [A]

Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi  orde pertama. Penguraian 
N2O5 merupakan suatu contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu 
berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi,
Laju = k[A]
2
Atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi,
Laju = k [A][B]
Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde 
terhadap masing-masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan terakhir itu 
adalah orde pertama dalam A dan orde dalam B, atau orde kedua secara 
keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi
 lagi, tetapi hal-hal semacam itu sangat jarang. Dalam reaksi yang 
rumit, laju itu mungkin berorde pecahan, misalnya orde pertama dalam A 
dan orde 0,5 dalam B atau berorde 1,5 secara keseluruhan.
Suatu reaksi dapat tak tergantung pada konsentrasi suatu pereaksi. 
Perhatikan reaksi umum, yang ternyata berorde pertama dalam A. Jika 
kenaikan konsentrasi B tidak menaikkan laju reaksi, maka reaksi itu 
disebut orde nol terhadap B. Ini bisa diungkapkan sebagai :
Laju = k[A][B]
0 = k[A]
Orde suatu reaksi tak dapat diperoleh dari koefisien pereaksi dalam persamaan berimbangnya. Dalam penguraian N
2O
5 dan NO
2, koefisien untuk pereaksi dalam masing-masing persamaan berimbang adalah 2 tetapi reaksi pertama bersifat orde pertama dalam N
2O
5 dan yang kedua berorde kedua dalam NO
2. Seperti dilukiskan oleh contoh.
Contoh: Perhatikan reaksi umum 2A + 2B → 
2AB
dan data eksperimen berikut:

Tulislah persamaan laju yang paling mungkin untuk reaksi ini:
Jawaban :

Dengan membandingkan data dalam eksperimen 2 dengan data eksperimen 1, orang akan melihat bahwa bila konsentrasi B
2 diduakalikan, maka laju diduakalikan. Jadi reaksi itu berorde pertama dalam B
2.
 Dengan membandingkan data dalam eksperimen 3 dengan data eksperimen 2, 
orang akan melihat bahwa bila konsentrasi A diduakalikan, laju tidak 
berubah. Jadi reaksi itu berorde nol dalam A. Maka persamaan laju yang 
paling mungkin adalah
Laju = k[
A]°[
B2]
atau
Laju = k[
B2]
Suatu pereaksi malahan dapat tidak muncul dalam persamaan laju suatu 
reaksi. Orde suatu reaksi diberikan hanya atas dasar penetapan 
eksperimental dan sekedar memberi informasi mengenai cara laju itu 
bergantung pada konsentrasi pereaksi-pereaksi tertentu. Ramalan teoritis
 mengenai orde-orde (dari) reaksi-reaksi yang kurang dikenal jarang 
berhasil. Misalnya mengetahui bahwa reaksi antara H
2 dan I
2 adalah orde kedua mungkin orang akan meramal bahwa reaksi antara H
2 dan Br
2 juga akan berorde-kedua. Ternyata tidak, malahan reaksi ini mempunyai persamaan laju yang lebih rumit.
Menentukan Orde reaksi
a.  Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang berjalan lambat.
Contoh : reaksi 4HBr + O
2 -> 2H
2O + 2Br
2
Berlangsung dalam tahapan sebagai berikut :
- HBr + O2 -> HBr2O (lambat)
- HBr + HBr2O -> 2HBrO (cepat)
- 2HBr + 2HBr) -> 2H2O + 2Br2 (cepat)
Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi, V = [HBr] [O
2]. Orde reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.
b.  Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan 
melalu eksperimen, kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat 
lain berubah.
Contoh:
Reaksi : 
P + Q + R → X + Y
diperoleh data percobaan sebagai berikut :

orde reaksi terhadap P, dicari dengan melihat konsentrasi [Q] dan [R]
 yang tetap. Dari data (1) dan (3) dari konsentrasi [Q] dan [R] tetap, 
[P] dinaikkan dua kali.
Jadi reaksi berlangsung 2 kali lebih cepat.
2
m = 2 → m = 1
-         Orde reaksi terhadap Q, lihat konsentrasi [P] dan [R] yang tetap yakni sebagai berikut.
Data (4) dan (5) o 1,5 kali lebih cepat
Data (1) dan (4) o 2 kali lebih cepat
Data (1) dan (5) o 3 kali lebih cepat
Ingat : orde reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat 1,5
n = 1,5
n = 1
-         Orde reaksi terhadap R, lihat konsentrasi [P] dan [Q] tetap
 yakni data (1) dan (2). Konsentrasi R dinaikkan 1,5 kali, ternyata 
reaksi berlangsung sama cepat.1,5
x = 1 x = 0  Maka persamaan laju reaksinya sebagai berikut:
V = k[P] [Q]
KESIMPULAN
Laju reaksi. kecepatan laju reaksi di kontrol oleh 5 faktor :
1.  sifat reaktan
2.  kemampuan reaktan untuk bertemu
3.  konsentrasi reaktan
4.  temperatur
5.  adanya katalis
penentuan lahu reaksi kimia menggunakan persamaan :

Hukum laju untuk reaksi berhubungan dengan laju reaksi dengan konsentrasi molar reaktan.